1.
Auguste Comte (17 Januari 1798-5 September 1857)
Auguste Comte merupakan
seorang Perancis dan merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama pada
ilmu tersebut. Comte menganggap bahwa sosiologi terdiri atas dua bagian pokok,
yaitu social statistic dan social dinamics. Social statistic berarti
sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga
kemasyarakatan. Sebagai social dinamics, sosiologi meneropong bagaimana
lembaga tersebut berkembang sepanjang masa.
Karya-karya Comte yang
terutama, yaitu:
a. The
Scientific Labors Necessery for The Reorganization of Society (1822),
b. The
Positive Philosophy
(6 jilid 1830-1840),
c. Subjective
Sinthesis
(1820-1903).
2.
Herbert Spencer (27 April 1820-8 Desember 1903)
Dalam salah satu bukunya
yang berjudul The Principles of Sociology, Spencer menguraikan materi
sosiologi secara rinci dan sistematis. Ia mengatakan bahwa “objek sosiologi
yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri.”
Comte juga menganggap penting penelitian atas perkembangan masyarakat dan
perbandingan masyarakat tersebut.
Hasil karyanya yang
terkenal, yaitu:
a. Social
Statistic
(1850),
b. Principles
of Psychology
(1955),
c. Principles
of Biology
(2 jilid, 1864 dan 1961),
d. Principles
of Ethics (1893).
3.
Emile Durkheim (1868-1917)
Menurut Durkheim, sosiologi
meneliti lembaga dalam masyarakat dan proses sosial. Ia juga menekannkan
pentingnya penelitian perbandingan karena sosiologi merupakan ilmu masyarakat.
Durkheim juga mengulas solidaritas dan angka bunuh diri dalam masyarakat yang
kompleks dan organis.
Dalam sosiologi Durkheim,
ada dua tema utama dalam sosiologi, yaitu pengutamaan masyarakat dari individu
dan ide tentang sosiologi dapat dipelajari secara ilmiah. Dari pendapatnya
tersebut, ia menegaskan konsep tentang fakta sosial yang bisa dipelajari secara
empiris.
Hasil karyanya yang
terkemuka antara lain:
a. The
Social Division of Labor (1893),
b. The
Rules of Sociology Method (1895),
c. The
Elementary Forms of Religius Life (1912).
4.
Max Weber (21 April 1864-19 Juni 1920)
Weber merupakan seorang
Jerman yang berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia sekaligus
menelaah sebab terjadinya interaksi sosial. Menurut Weber, sosiologi merupakan
ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi sosial.
Weber juga cenderung tidak
menekankan isu-isu metodologis. Menurutnya, sosiologi bertugas “melayani”
sejarah. Pemikiran Weber tentang sosiologi terutama dibangun melalui
serangkaian debat intelektual yang berlangsung di Jerman pada masanya.
Perdebatan ini berlangsung antara kubu positivis yang memandang pengetahuan
berdasarkan hukum umum dan subjetivis yang menciutkan sejarah menjadi tindakan
dan peristiwa idiosinkratis.
Ketika menolak pandangan
ilmuwan tentang sejarah, Weber mengemukakah pendapatnya sendiri. Ia merasa
bahwa sejarah (sosiologi historis) membahas individualitas dan generalitas.
Pandangannya tentang sosiologi historis sebagian dibangun oleh ketersediaan dan
komitmennya pada studi tentang data historis.
Karya yang ia tulis, antara
lain:
a. The
History of Trading Companies During The Moddle Ages (1889),
b. Economy
and Society
(1920),
c. Collected
Essays on Sociology of Religion (1921).
5.
Charles Horton Cooley (1864-1929)
Cooley merupakan seorang
Amerika yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan
yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat. Dalam mengemukakah
pendapatnya, ia terpengaruh oleh aliran romantik yang mengidamkan kehidupan
bersama, rukun, dan damai.
6.
Ferdinand Tonnies
Tonnies terkenal dengan
teorinya mengenai Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesellshaft (patembayan) sebagai
dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial. Paguyuban
adalah bentuk kehidupan bersama yang anggotanya diikat oleh hubungan batin
murni, alamiah, dan kekal. Patembayan merupakan bentuk kehidupan bersama yang
merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya dalam jangka waktu
pendek.
7.
George Herbert Mead (1863-1931)
George Herbert Mead, salah
satu tokoh sentra interaksionisme simbolik menggambarkan pembentukan diri” atau
tahap sosialisasi dalam ilustrasi pertumbuhan anak, dimana terdapat tiga tahap
pertumbuhan anak, yaitu:
a. tahap
bermain (play stage),
b. tahap
permainan (game stage),
c. tahap
mengambil peran orang lain (taking role the other).
Manusia tidak bereaksi
terhadap dunia sekitar secara langsung, mereka bereaksi terhadap makna yang
mereka hubungkan dengan benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar mereka, lampu
lalu lintas, antrian pada loket karcis, peluit seorang polisi dan isyarat
tangan. W.I. Thomas (1863-1947), mengungkapkan tentang definisi suatu situasi,
yang mengutarakan bahwa kita hanya dapat bertindak tepat bila kita telah
menetapkan sifat situasinya. Bila seorang laki-laki mendekat dan mengulurkan
tangan kanannya, kita mengartikannya sebagai salam persahabatan, bila mendekat
dengan tangan mengepal situasinya akan berlainan. Kegagalan merumuskan situasi
perilaku secara benar dan bereaksi dengan tepat, dapat menimbulkan
akibat-akibat yang kurang menyenangkan.
8.
Selo Soemardjan
Soemardjan merupakan salah
satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu yang mempelajari
masyarakat dan sekitarnya.
Penerima Bintang Mahaputra
Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu
Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan
setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Ia
dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang
meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di
Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar
dengan semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen
sosial yang tinggi dan sulit untuk diam.
Ia seorang dari sedikit
orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang
orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan
bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat
karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat. Selama
hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan
Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III
Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan,
Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten
Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden
HM Soeharto. Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 —
seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS — mengajar sosiologi di
Universitas Indonesia (UI). Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun)
Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal
17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada
tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi. Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka
main. “Setiap hari selalu memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan
lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya,”
tambahnya.
Sebagai ilmuwan, karya Selo
yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan
Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul
Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB)
IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52
UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan
sejumlah uang.
9.
Leopold von Wiese (1876-1949)
Von Wiese merupakan seorang
Jerman yang menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang berdiri
sendiri. Objek khusus sosiologi merupakaninteraksi sosial atau proses sosial.
Penelitiannya yang pertama merupakan suatu penyelidikan terhadap klasifikasi
proses-proses sosial dengan terutama menyoroti proses-proses sosial yang
asosiatif dan disosiatif. Penelitian selanjutnya dilakukannya terhadap struktur
sosial yang merupakan saluran dari hubungan antar manusia
10.
Pierre Guillaume Frederic Le Play
Le Play, seorang Perancis,
adalah salah seorang ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan terkemuka abad ke-19. Dia berhasil
mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalis
gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap
fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode
case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya
terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan
jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta
lembaga-lembaga lainnya. Keluarga merupakan objek utama dalam penyelidikan. Dia
berkeyakinan bahwa anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran kuantitatif
bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut.
Akhirnya dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada
anggaran keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain
European Workers (1855), Social Reform in France (1864), The Organization of
the Family (1871), dan The Organization of Labor (1872).
11.
William Graham Sumner
Sosiologi Sumner didasarkan
pada konsep in-group dan out-group. Masyarakat merupakan peleburan dari
kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk bagaimana
harus memperlakukan warga. Menurut Sumner, ada empat dorongan universal dalam
diri manusia, yaitu rasa lapar, cinta, takut, dan hampa. Sehingga menciptakan
kepentingan yang menyebabkan terjadinya pola kegiatan kebudayaan.
12.
Georg Simmel
Simmel sebenarnya merupakan
seorang filsuf dan sebagian karyanya memang membahas tentang filosofi. Menurut
Simmel, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan khusus, yaitu satu-satunya ilmu
pengetahuan analistis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan
kemasyarakatan. Simmel mengatakan bahwa objek sosiologi merupakan bentuk
hubungan antarmanusia. Simmel kemuidian memelopori mazhab sosiologi formal.
Ia juga terkenal sebagai
sosiolog mikro yang berperan penting dalam perkembangan penelitian kelompok
kecil. Dalam salah satu bukunya yang berjudul The Philosophy of Money, diskusi
Simmel bergerak dari uang menuju nilai, masalah masyarakat modern, dan kemudian
menuju masyarakat pada kehidupan umum
13.
Robert Ezra Park
Park dianggap salah satu
pelopor mazhab sosiologi, yaitu mazhab ekologi yang diakui sebagai cabang ilmu
sosiologi. Pokok ajaran Park adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa
sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antarmanusia.
Ia juga memimpin sejumlah
besar penyelidikan mengenai berbagai peristiwa dalam pergaulanhidup kota dan
mengenai sifat-sifat suatu bangsa Park terkenal karena menulis buku pengantar
sosiologi (bersama Burgess) yang berjudul “Introduction to The Sciense of
Sociology” pada tahun 1921. Dalam buku tersebut, ia membahas xemua persoalan
ilmu sosiologi, yang sebagian bukunya berpengaruh besar pada perkembangan
lanjutan ilmu sosiologi.
14.
Karl Mannheim
Mannheim awalnya merupakan
guru besar pada Universitas Frankfurt-am-Main di Jerman. Ia lalu pindah dan
berdomisili di Inggris dan menjadi guru besar di Universitas London.
Mannheim banyak
menyumbangkan buah pikirannya bagi perkembangan sosiologi. Antara lain dipeloporinya
suatu cabang sosiologi, yang dinamakannya sosiologi pengetahuan yang khusus
menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan.
Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu
Pengantar, Cet. 46. Jakarta: Rajawali Pers.
Ritzer, George dan Goodman, J. Douglas. 2010. Teori
Sosiologi, Cet. 4. Bantul: Kreasi Wacana