Monday 11 January 2016

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?

Suatu saat, seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya.”

“Tuhan menciptakan semuanya?” tanya Profesor sekali lagi.

“Ya, Pak, semuanya,” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”

“Tentu saja,” jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” tanya si Profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu – 43 derajat Celcius adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”

Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”

Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi, Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”

Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Prof, kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan cinta Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu pun terdiam.

Dan, nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Thursday 31 December 2015

Tokoh-tokoh Sosiologi

1.      Auguste Comte (17 Januari 1798-5 September 1857)
Auguste Comte merupakan seorang Perancis dan merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama pada ilmu tersebut. Comte menganggap bahwa sosiologi terdiri atas dua bagian pokok, yaitu social statistic dan social dinamics. Social statistic berarti sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga kemasyarakatan. Sebagai social dinamics, sosiologi meneropong bagaimana lembaga tersebut berkembang sepanjang masa.
Karya-karya Comte yang terutama, yaitu:
a.     The Scientific Labors Necessery for The Reorganization of Society (1822),
b.     The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840),
c.     Subjective Sinthesis (1820-1903).

2.     Herbert Spencer (27 April 1820-8 Desember 1903)
Dalam salah satu bukunya yang berjudul The Principles of Sociology, Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Ia mengatakan bahwa “objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri.” Comte juga menganggap penting penelitian atas perkembangan masyarakat dan perbandingan masyarakat tersebut.
Hasil karyanya yang terkenal, yaitu:
a.     Social Statistic (1850),
b.     Principles of Psychology (1955),
c.     Principles of Biology (2 jilid, 1864 dan 1961),
d.     Principles of Ethics (1893).

3.     Emile Durkheim (1868-1917)
Menurut Durkheim, sosiologi meneliti lembaga dalam masyarakat dan proses sosial. Ia juga menekannkan pentingnya penelitian perbandingan karena sosiologi merupakan ilmu masyarakat. Durkheim juga mengulas solidaritas dan angka bunuh diri dalam masyarakat yang kompleks dan organis.
Dalam sosiologi Durkheim, ada dua tema utama dalam sosiologi, yaitu pengutamaan masyarakat dari individu dan ide tentang sosiologi dapat dipelajari secara ilmiah. Dari pendapatnya tersebut, ia menegaskan konsep tentang fakta sosial yang bisa dipelajari secara empiris.
Hasil karyanya yang terkemuka antara lain:
a.     The Social Division of Labor (1893),
b.     The Rules of Sociology Method (1895),
c.     The Elementary Forms of Religius Life (1912).

4.     Max Weber (21 April 1864-19 Juni 1920)
Weber merupakan seorang Jerman yang berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia sekaligus menelaah sebab terjadinya interaksi sosial. Menurut Weber, sosiologi merupakan ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi sosial.
Weber juga cenderung tidak menekankan isu-isu metodologis. Menurutnya, sosiologi bertugas “melayani” sejarah. Pemikiran Weber tentang sosiologi terutama dibangun melalui serangkaian debat intelektual yang berlangsung di Jerman pada masanya. Perdebatan ini berlangsung antara kubu positivis yang memandang pengetahuan berdasarkan hukum umum dan subjetivis yang menciutkan sejarah menjadi tindakan dan  peristiwa idiosinkratis.
Ketika menolak pandangan ilmuwan tentang sejarah, Weber mengemukakah pendapatnya sendiri. Ia merasa bahwa sejarah (sosiologi historis) membahas individualitas dan generalitas. Pandangannya tentang sosiologi historis sebagian dibangun oleh ketersediaan dan komitmennya pada studi tentang data historis.
Karya yang ia tulis, antara lain:
a.     The History of Trading Companies During The Moddle Ages (1889),
b.     Economy and Society (1920),
c.     Collected Essays on Sociology  of Religion (1921).

5.     Charles Horton Cooley (1864-1929)
Cooley merupakan seorang Amerika yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat. Dalam mengemukakah pendapatnya, ia terpengaruh oleh aliran romantik yang mengidamkan kehidupan bersama, rukun, dan damai.

6.    Ferdinand Tonnies
Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesellshaft (patembayan) sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial. Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggotanya diikat oleh hubungan batin murni, alamiah, dan kekal. Patembayan merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya dalam jangka waktu pendek.

7.     George Herbert Mead (1863-1931)
George Herbert Mead, salah satu tokoh sentra interaksionisme simbolik menggambarkan pembentukan diri” atau tahap sosialisasi dalam ilustrasi pertumbuhan anak, dimana terdapat tiga tahap pertumbuhan anak, yaitu:
                  a.     tahap bermain (play stage),
                  b.     tahap permainan (game stage),
                  c.     tahap mengambil peran orang lain (taking role the other).
Manusia tidak bereaksi terhadap dunia sekitar secara langsung, mereka bereaksi terhadap makna yang mereka hubungkan dengan benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar mereka, lampu lalu lintas, antrian pada loket karcis, peluit seorang polisi dan isyarat tangan. W.I. Thomas (1863-1947), mengungkapkan tentang definisi suatu situasi, yang mengutarakan bahwa kita hanya dapat bertindak tepat bila kita telah menetapkan sifat situasinya. Bila seorang laki-laki mendekat dan mengulurkan tangan kanannya, kita mengartikannya sebagai salam persahabatan, bila mendekat dengan tangan mengepal situasinya akan berlainan. Kegagalan merumuskan situasi perilaku secara benar dan bereaksi dengan tepat, dapat menimbulkan akibat-akibat yang kurang menyenangkan.

8.    Selo Soemardjan
Soemardjan merupakan salah satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya.
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengan semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yang tinggi dan sulit untuk diam.
Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat. Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto. Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 — seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS — mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.  Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. “Setiap hari selalu memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya,” tambahnya.
Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang.

9.    Leopold von Wiese (1876-1949)
Von Wiese merupakan seorang Jerman yang menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri. Objek khusus sosiologi merupakaninteraksi sosial atau proses sosial. Penelitiannya yang pertama merupakan suatu penyelidikan terhadap klasifikasi proses-proses sosial dengan terutama menyoroti proses-proses sosial yang asosiatif dan disosiatif. Penelitian selanjutnya dilakukannya terhadap struktur sosial yang merupakan saluran dari hubungan antar manusia

10.   Pierre Guillaume Frederic Le Play
Le Play, seorang Perancis, adalah salah seorang ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan  terkemuka abad ke-19. Dia berhasil mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya. Keluarga merupakan objek utama dalam penyelidikan. Dia berkeyakinan bahwa anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran kuantitatif bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut. Akhirnya dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada anggaran keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain European Workers (1855), Social Reform in France (1864), The Organization of the Family (1871), dan The Organization of Labor (1872).

11.    William Graham Sumner
Sosiologi Sumner didasarkan pada konsep in-group dan out-group. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok sosial. Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga. Menurut Sumner, ada empat dorongan universal dalam diri manusia, yaitu rasa lapar, cinta, takut, dan hampa. Sehingga menciptakan kepentingan yang menyebabkan terjadinya pola kegiatan kebudayaan.

12.   Georg Simmel
Simmel sebenarnya merupakan seorang filsuf dan sebagian karyanya memang membahas tentang filosofi. Menurut Simmel, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan khusus, yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan analistis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Simmel mengatakan bahwa objek sosiologi merupakan bentuk hubungan antarmanusia. Simmel kemuidian memelopori mazhab sosiologi formal.
Ia juga terkenal sebagai sosiolog mikro yang berperan penting dalam perkembangan penelitian kelompok kecil. Dalam salah satu bukunya yang berjudul The Philosophy of Money, diskusi Simmel bergerak dari uang menuju nilai, masalah masyarakat modern, dan kemudian menuju masyarakat pada kehidupan umum

13.   Robert Ezra Park
Park dianggap salah satu pelopor mazhab sosiologi, yaitu mazhab ekologi yang diakui sebagai cabang ilmu sosiologi. Pokok ajaran Park adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antarmanusia.
Ia juga memimpin sejumlah besar penyelidikan mengenai berbagai peristiwa dalam pergaulanhidup kota dan mengenai sifat-sifat suatu bangsa Park terkenal karena menulis buku pengantar sosiologi (bersama Burgess) yang berjudul “Introduction to The Sciense of Sociology” pada tahun 1921. Dalam buku tersebut, ia membahas xemua persoalan ilmu sosiologi, yang sebagian bukunya berpengaruh besar pada perkembangan lanjutan ilmu sosiologi.

14.   Karl Mannheim
Mannheim awalnya merupakan guru besar pada Universitas Frankfurt-am-Main di Jerman. Ia lalu pindah dan berdomisili di Inggris dan menjadi guru besar di Universitas London.
Mannheim banyak menyumbangkan buah pikirannya bagi perkembangan sosiologi. Antara lain dipeloporinya suatu cabang sosiologi, yang dinamakannya sosiologi pengetahuan yang khusus menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan.



Daftar Pustaka

Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. 46. Jakarta: Rajawali Pers.
Ritzer, George dan Goodman, J. Douglas. 2010. Teori Sosiologi, Cet. 4. Bantul: Kreasi Wacana
Dan. tth. 7 Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Ilmu Sosiologi (link: http://jadiberita.com/9717/7-tokoh-paling-berpengaruh-dalam-ilmu-sosiologi.html, diakses pada hari Rabu tanggal 2 September 2015)

Sunday 27 December 2015

Macam-macam Forum Akademik

A.    Simposium
1.      Pengertian simposium
Secara etimologis, kata simposium berasal dari bahasa Yunani symposion (yang tersusun dari sym yang berarti “dengan” dan posis yang berarti “minum”) yang bermakna “suatu pesta minum”. Simposium bermakna “suatu konferensi tempat mendiskusikan suatu pokok pembicaraan tertentu dan penampung pendapat”, juga dapat berarti “suatu koleksi pendapat mengenai suatu objek”. (Webster’s New Collegiate Dictionary, 1959:861).
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandangan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, simposium (sim·po·si·um) adalah:
a.       pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama;
b.      kumpulan pendapat tentang sesuatu, terutama yang dihimpun dan diterbitkan;
c.       kumpulan konsep yang diajukan oleh beberapa orang atas permintaan suatu panitia.
            2.      Tipe-tipe simposium
a.       Simposium bertema, simposium kecil yang memiliki satu tema pokok;
b.      Simposium umum, simposium yang lebih luas dengan topik yang beragam;
c.       Simposium profesional, simposium yang tidak terbatas pada akademik tetapi juga pada isu-isu tentang akademik.
3.      Fungsi Simposium
a.       Untuk mengemukakah aspek berbeda dari suatu topik;
b.      Untuk menggali informasi yang bisa dilaksanakan di daerah dan di tingkat nasional;
c.       Merumuskan solusi dari topik yang ada.
4.      Manfaat simposium
a.       Hasilnya dapat disebarluaskan;
b.      Solusi dari topik yang ada dapat digunakan secara luas
5.      Komponen simposium
a.       Moderator sebagai pemegang kendali diskusi, meneruskan pertanyaan serta sanggahan dari peserta, dan memperlancar jalannya diskusi;
b.      Pakar merupakan orang yang bertugas menyampaikan pendapatnya kepada peserta sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
c.       Peserta merupakan orang yang mendengarkan pakar, melontarkan pertanyaan dan sanggahan, serta pengendali dinamika dan aktivitas diskusi.

B.     Seminar
            1.      Pengertian seminar
Kata seminar berasal dari Bahasa Latin seminarum yang berarti “tanah tempat menanam benih”. Seminar umumnya merupakan bentuk pengajaran akademis. Pada beberapa universitas di Eropa, seminar dapat diartikan sebagai kelas kuliah besar, khususnya bila dibawakan oleh orang yang termasyhur. Masalah yang dibahas di dalam suatu seminar dapat mencakup berbagai bidang disiplin ilmu atau berbagai kegiatan di dalam kehidupan masyarakat.
            2.      Fungsi seminar
a.       Mempertemukan peserta menjadi kelompok kecil yang berfokus pada satu topik khusus yang tiap pesertanya ingin aktif berpartisipasi;
b.      Memecahkan masalah secara sistematis dan menyeluruh;
c.       Media yang dapat digunakan untuk bebas mengaspirasikan pendapat atau pertanyaan sulit yang sesuai dengan topik;
d.      Media komunikasi untuk bertukar informasi dan pengetahuan.
            3.      Manfaat seminar
a.       Menghasilkan ide-ide baru terkait dengan topik yang disediakan;
b.      Menambah ilmu pengetahuan bagi yang terlibat dalam seminar.
            4.      Komponen-komponen seminar
a.       Pemrasarana, disebut juga pembawa makalah, penyaji, atau pembicara dalam sebuah seminar dan umumnya perorangan, bertugas menjelaskan makalah dengan penekanan pada hal yang dianggap penting;
b.      Moderator, bertugas mengetahui aturan berdiskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, menyimpulkan diskusi, dan menutup diskusi;
c.       Pembahas utama (key speaker), biasanya hanya seorang;
d.      Notulis, bertugas menulis hal-hal pokok dalam setiap pembicaraan;
e.       Peserta, bertugas mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan jalan mencari keterangan tentang topik yang akan didiskusikan.

C.     Lokakarya
            1.      Pengertian lokakarya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lokakarya adalah “pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam bidang keahliannya; sanggar kerja.” Lokakarya (dalam Bahasa Inggris disebut workshop) adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil.
Lokakarya dalam tataran teknis membutuhkan kajian luas, bukan hanya teori dengan melupakan situasi. Sehingga kita tidak usah heran program-program tertentu kadang dihadang di perencanaan atau susah diterapkan, bukan berarti kita tidak mengerti tetapi lebih kepada kegiatan tersebut kurang bermakna bagi kita. Sesuai teori kebermaknaan adalah sesuatu itu akan bermakna jika pelaku perencana dan pelaksana ada pada tataran yang sama. Sehingga kesan kontekstual akan sangat kental. Jangan salahkan guru jika tidak membelajarkan siswa secara konstruktif karena kita sendiri tidak pernah merasa dibelajarkan dan membelajarkan diri tetapi hanya di ajar oleh berbagai penataran.
            2.      Fungsi lokakarya
a.       Membahas masalah tertentu yang bersifat life centered dan mencari solusinya;
b.      Memperoleh informasi melalui pengalaman langsung dan saling bertukar informasi.
            3.      Manfaat lokakarya
a.       Memberdayakan peserta dalam pelaksanaannya;
b.      Menambah wawasan peserta untuk meningkatkan profesionalitasnya.

D.    Rapat
            1.      Pengertian rapat
Rapat merupakan pertemuan atau berkumpulnya minimal dua orang atau lebih untuk memutuskan suatu tujuan. Rapat juga dapat dijadikan sebagai media untuk berkomunikasi antar manusia atau pimpinan kantor dengan stafnya. Rapat juga dapat diartikan juga sebagai media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan atau dilakukan oleh banyak organisasi baik itu swasta ataupun pemerintah. Rapat sering dijadikan seseorang atau sekelompok orang untuk menyatukan pemikiran guna melaksanakan urusan tertentu.
            2.      Fungsi rapat
a.       Untuk memecahkan masalah
b.      Untuk menyampaikan informasi
c.       Sebagai forum demokrasi, diharapkan peserta rapat berpartisipasi pada masalah-masalah yang dikemukakan
d.      Sebagai alat koordinasi yang baik antara peserta rapat (karyawan) dengan perusahaan/organisasi
e.       Sebagai sarana bernegosiasi
f.       Ketentuan hukum
            3.      Manfaat rapat
a.       Memecahkan masalah
b.      Mendapatkan informasi
c.       Menyelesaikan masalah yang ada
d.      Saling bertukar pikiran
            4.      Komponen-komponen rapat
a.       Pemimpin rapat, merupakan orang yang mengklarifikasi tujuan, menyampaikan hasil yang diharapkan, menjaga batasan rapat, lingkup otoritas rapat, dan tindak lanjut rapat.
b.      Fasilitator, merupakan orang yang memandu diskusi, memimpin proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, serta bertanggung jawab atas logistik rapat.
c.       Notulis, merupakan orang yang mencatat poin-poin penting, ide-ide, keputusan yang dihasilkan dan mengirimkan hasil notulen ke peserta rapat setelah selesai rapat.
d.      Kontributor, merupakan orang yang memberikan ide-ide baru, membantu agar diskusi fokus dan tidak melebar.
e.       Pakar, merupakan orang yang memberikan pemikiran dari sudut pandangnya.

E.     Diskusi
            1.      Pengertian diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
           2.      Fungsi diskusi
a.       Dapat mengerjakan sesuatu dengan cepat dan tepat
b.      Dapat menumbuhkan sikap kerja sama yang baik
           3.      Manfaat diskusi
a.       Diskusi merupakan salah satu cara penyelesaian paling efektif
b.      Menjadi terbiasa untuk secara aktif dalam kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi
c.       Dapat berbagi pengalaman, saling mengamati, saling menilai, saling mengambil pelajaran dengan peserta lain
            4.      Komponen diskusi
a.       Ketua (moderator), merupakan orang yang memimpin jalannya diskusi.
b.      Peserta (pembicara), merupakan orang yang menyampaikan materi yang akan didiskusikan.
c.       Pendengar, merupakan orang yang mendengarkan diskusi.

F.      Kongres
            1.      Pengertian kongres
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kongres adalah “pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai pelbagai masalah; muktamar; rapat besar;  pertemuan wakil-wakil negara untuk membicarakan satu masalah;”
2.      Fungsi kongres
a.       Sebagai media untuk mendiskusikan masalah.
b.      Sebagai media untuk mengambil keputusan.
3.      Manfaat kongres
a.       Dapat mengambil keputusan dari masalah-masalah yang ada.
b.      Mempertemukan beberapa orang untuk saling mengenal.

G.    Musyawarah kerja
            1.      Pengertian musyawarah kerja
Musyawarah kerja atau rapat kerja (raker) merupakan suatu pertemuan yang hanya dihadiri oleh sekelompok massa tertentu yang bergerak dalam bidang kerja sejenis. Dengan massa yang lebih terbatas, raker dilaksanakan untuk saling bertukar pengalaman atau pengetahuan dalam bidang kerja masing-masing, untuk mengevaluasi program-program kerja yang telah dilaksanakan atau untuk mengadakan pembaharuan dalam bidang kerja tersebut. Permasalahan yang akan dibahas, dipersiapkan jauh sebelumnya dengan menginventarisasi masalah dari lapangan kemudian diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek tertentu yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Bila perlu pada permulaan raker didahului dengan ceramah sebagai pengarahan dari seorang nara sumber, di samping ada beberapa nara sumber lain yang sewaktu-waktu dapat memberikan bantuan bila mengalami kesulitan. Peserta dibagi atas beberapa kelompok, yang masing-masing dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Hasil akhir sidang kelompok disampaikan pada sidang pleno (lengkap) untuk mendapatkan tinjauan umum secara menyeluruh, untuk pada akhimya diambil satu keputusan. Biasanya raker dilaksanakan selama beberapa hari (lima hari sampai seminggu), oleh karena itu di tengah-tengah raker dapat disisipi acara karyawisata, pameran, demonstrasi, diskusi panel, dan sebagainya.
            2.      Fungsi musyawarah kerja
a.       Media untuk mengatasi perbedaan dalam bidang tertentu.
b.      Media untuk membahas program kerja suatu organisasi atau badan.
            3.      Manfaat musyawarah kerja
a.       Mencapai mufakat dalam perbedaan.
b.      Menghindari kekerasan dalam penyelesaian masalah.
c.       Keputusan yang diambil bersifat adil.
       
SUMBER
Aff, Anas. tth. “1 Jenis Workshop” Academia (Online). Link: https://www.academia.edu/4776283/1_jenis_workshop (diakses pada hari Sabtu tanggal 26 September 2015, pukul 05.22 WITA).
Dwinanda, Meyrizka. 2011. “Simposium (Berbicara II)” Blog Jurnalis dan Pecinta Sastra (Online). Link: http://meyrizkadwinanda.blogspot.co.id/2011/12/simposium-berbicara-ii.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 02.57 WITA).
Fitrianto, Ridwan Juli. 2011. “Fungsi Rapat” (Online). Link: http://ridwanjuli.blogspot.co.id/2011/06/fungsi-rapat.html (diakses pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2015, pukul 10.42 WITA).
H. R. P., Dhini. 2011. “Seminar, Musyawarah, dan Rapat Kerja” (Online). Link: http://choiyeewon.blogspot.co.id/2011/11/seminarmusyawarah-dan-rapat-kerja.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2015, pukul 09.52 WITA).
Hidayatullah, Eka. 2013. “Perbedaan Seminar, Simposium, dan Lokakarya” (Online). Link: http://pbsstainmetro.blogspot.co.id/2013/03/perbedaan-seminar-simposium-dan.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 05.13 WITA).
Kartika, Sri. 2012. “Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Seminar Pendidikan” (Online). Link: http://sri-kartika.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-tujuan-dan-fungsi-seminar.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 04.18 WITA).
Ramadhani, Rachma. 2012. “Komponen-komponen yang Terlibat dalam Seminar” (Online). Link: http://rachmaramadhanis.blogspot.co.id/2012/05/komponen-komponen-yang-terlibat-dalam.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 03.59 WITA).
Rosida, Nova. 2014. “Pengertian Diskusi, Jenis-jenis, Unsur-unsur, Tata Cara, dan Manfaat” (Online). Link: http://novarosita42.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-diskusi-jenis-jenis-unsur.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2015, pukul 08.26 WITA).
Setiawan, Dimas. 2012. “Definisi Seminar” Definisi Pusat Indonesia (Online). Link: http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisi-seminar.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 04.08 WITA).
Tim Penulis. 2012. “Jenis-jenis Forum” (Online). Link: http://oxyprimasetiya.blogspot.co.id/2012/02/jenis-jenis-forum.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2015, pukul 09.57 WITA).
Tim Penulis. 2013. “Pengertian Diskusi dan Macam-macam Diskusi” Selalu Ingin Tau (Online). Link: http://master-ariexz.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-diskusi-dan-macam-macam.html (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 03.26 WITA).
Tim Penulis. 2014. “Komponen Rapat Efektif” (Online). Link: http://quickstart-indonesia.com/komponen-rapat-efektif/ (diakses pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2015, pukul 09.39 WITA).
Tim Penulis. 2015. “Diskusi” Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas (Online). Link: https://id.wikipedia.org/wiki/Diskusi (diakses pada hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2015, pukul 08.06 WITA).
Tim Wikipedia. 2014. “Rapat” Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas (Online). Link: https://id.wikipedia.org/wiki/Rapat (diakses pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2015, pukul 09.35 WITA).
Tim Wikipedia. 2015. “Seminar” Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedoa Bebas (Online). Link: https://id.wikipedia.org/wiki/Seminar (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 03.43 WITA).
Wikipedia Team. 2015. “Academic Conference” Wikipedia, The Free Encyclopedia (Online). Link: https://en.wikipedia.org/wiki/Academic_conference (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 03.02 WITA).
Wikipedia Team. 2015. “Seminar” Wikipedia, The Free Encyclopedia (Online). Link: https://en.wikipedia.org/wiki/Seminar (diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 September 2015, pukul 03.45 WITA).